Peran D/OOH Dalam Maraknya Media Sosial
Era digital yang diiringi perkembangan masif media sosial dengan pengguna yang bertambah setiap harinya merupakan sebuah peluang baru untuk mendorong pertumbuhan perekonomian yang salah satunya merevolusi dunia periklanan untuk menyentuh ranah “online” dalam upaya mencari calon konsumer atau audiens baru.
Berdasarkan data Sensus Penduduk Indonesia, 2020; worldbank.org; Data Reportal 2023 pengguna media sosial di Indonesia mencapai angka 70,72% dengan mayoritas berada di usia produktif (15 – 64 tahun) dengan dominasi pengguna berdasarkan generasi paling banyak di Gen Z (27,94%) dan Millenial (25,87%).
Para pengguna media sosial tersebut paling banyak aktif di aplikasi Whatsapp (35,5%), Instagram (18,2%), dan Tiktok (14,9%). Masing-masing aplikasi media sosial ini punya kelebihan tersendiri sebagai senjata utamanya dan berdasarkan riset alasan orang-orang memakai media sosial adalah mencari referensi untuk membeli atau melakukan sesuatu (50,4%), mencari produk untuk dibeli (36,5%), dan membagikan serta mendiskusikan opini (31,1%) Source: Data Reportal-Indonesia Digital 2023; Meltwater Insights 2023.
Meskipun memiliki kelebihan yang berbeda masing-masing media sosial ini memakai algoritma sebagai senjata utama mereka dalam memahami penggunanya dan memberikan konten atau iklan sesuai dengan preferensi personal setiap audiens.
Dengan kelebihan tersebut sering kali periklanan di media D/OOH dibandingkan dengan periklanan di media sosial yang menjadi pertanyaan, media digital manakah yang menarik lebih banyak audiens? Untuk memberikan komparasi berikut adalah kelebihan beriklan di D/OOH yang tidak dapat didapatkan di media sosial :
- Media D/OOH berinteraksi ke lebih banyak kategori audiens mulai dari audiens muda hingga senior, sedangkan media sosial menggunakan preferensi personal dan lebih cocok untuk audiens muda.
- Media D-OOH yang bekerja secara subliminal, yang memiliki artian bahwa, pesan dari iklan bisa secara tidak sadar tertanam dalam pikiran audiens dengan melihat iklan setiap hari secara berulang-ulang di titik sentuh mobilisasi mereka.
- Sebagian besar iklan di media sosial memiliki durasi terbatas dan sulit dipahami oleh mayoritas audiens dengan usia senior. Audiens dengan usia muda juga sering menggunakan pemblokir iklan karena mereka tidak suka diganggu dengan iklan saat mereka sedang menonton konten favorit mereka, sedangkan media D/OOH bersifat unskippable.
- Media D/OOH untuk beberapa audiens (termasuk Gen Z) membawa suasana santai dan nyaman, apalagi jika didukung dengan iklan kreatif yang unik seperti keunikan bentuk, penyampaian pesan yang menarik, dan gambar yang relevan sesuai konten.
Dari komparasi tersebut bisa dilihat bahwa beriklan di media D/OOH memiliki beberapa kelebihan yang tidak bisa didapatkan dengan beriklan di media sosial, meskipun demikian media sosial juga memiliki kelebihan yang tidak bisa didapatkan di media D/OOH. Untuk efisiensi penayangan iklan yang bertujuan untuk menarik perhatian audiens secara maksimal, kedua metode beriklan yaitu media D/OOH dan media sosial dapat digunakan secara berkesinambungan sehingga menciptakan metode periklanan untuk menarik perhatian audiens secara maksimal.